Pada postingan saya kali ini saya ingin
berbagi pengetahuan yaitu seputar nasyid. Sedikit ilmu yang saya
dapatkan ketika saya mengikuti workshop seputar nasyid yang diadakan
oleh teman2 FT UNS. Pembicara yaitu Mas Diaz, seorang mahasiswa Smt
VIII, FE-UNDIP / Manajemen yang juga saat itu menjabat sebagai staf
management di ANN Jawa Tengah. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat
untuk teman2 semua.
Sesuai dengan judul postingan saya,,
yaitu “Nasyid Riwayatmu Kini” sedikit menyinggung tentang perjalanan
panjang nasyid sejak zaman Rasulullah, sekarang, dan nasyid masa depan
kira2 seperti apa nasibnya.
Ok firstly,, Teman2 tahu kan nasyid itu apa? Apa hayoo..yang belum tahu kenalan dulu yokk dengan nasyid..
Pengertian Nasyid
Nasyid berasal dari bahasa Arab,
ansyada-yunsyidu, artinya bersenandung. Definisi nasyid sebagai format
kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Akan
tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri.
Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau anasyid
(jamak) itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah
nyanyian dalam bahasa arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid. Ada juga yang
berpendapat Nasyid merupakan suatu singkatan dari nada, syiar dan
dakwah.
Orang yang menyanyikan nasyid biasanya
disebut munsyid, sedangkan arti munsyid itu sendiri adalah orang yang
melantunkan atau membacakan syair.
Nah teman2 tau gak?? Ternyata pembacaan
syair merupakan aktivitas yang telah lama sekali dilakukan manusia.
Sebelum Rasulullah SAW di utus, bangsa Arab telah hidup dengan tradisi
syair. Syair digunakan sebagai ungkapan kondisi jiwa dan keinginan2
manusia. Bahkan pemujaan terhadap seseorang biasanya diungkap dalam
syair. Dalam masyarakat Quraisy terdapat tukang-tukang syair yang
mencari kehidupan dengan membuat ungkapan pemujaan kepada para pembesar
mereka. Syair juga dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan
Rasulullah SAW untuk pertama kali ke Madinah.
Dalam kehidupan kaum muslimin tradisi
syair tidak lenyap. Rasulullah SAW tidak melarang kaum muslimin
bersyair. Bahkan beliau membenarkan adanya satu dua ungkapan penyair
jahiliyah yang masih bisa dibenarkan oleh nilai-nilai Islam. Rasulullah
sendiri mengangkat seorang sahabat ahli syair bernama HASAN bin TSABIT
sebagai penyemangat dalam pertempuran. IBN HISYAM dalam tarikhnya
mengutip beberapa syair yang digubah Hasan bin Tsabit dalam berbagai
medan pertempuran.
Nasyid tidak hanya sekedar lagu, akan
tetapi memiliki nilai spiritual yang tinggi baik dari segi syairnya
maupun munsyidnya. Syair atau lirik nasyid harus memiliki pesan ruhani
atau pesan islami yang kuat. Imam Al Mawardi mengatakan bahwa
syair-syair yang diungkapkan oleh orang-orang Arab lebih disukai apabila
syair itu mampu menumbuhkan rasa waspada terhadap tipuan atau rayuan
dunia, cinta kepada akhirat, dan mendorong kepada akhlak yang mulia.
Kesimpulannya, syair seperti ini boleh jika selamat atau bebas dari
kekejian dan kebohongan.
Munsyid yang menyanyikannya pun harus
mencerminkan kepribadian islami yang kuat. Citra islami harus ada pada
diri seorang munsyid. Bisa jadi karena niat munsyid dalam bernyanyi yang
tidak benar akan mempengaruhi penyampaian nasyid meskipun lirik nasyid
tersebut sudah kuat pesan ruhiahnya.
Bagi munsyid, nasyid merupakan salah satu
sarana dalam berdakwah. Oleh karena itu, seorang munsyid harus memahami
falsafah berdakwah dalam nasyid, yaitu menyampaikan pesan dalam nasyid
agar tersampaikan kepada pendengarnya. Seorang munsyid harus mampu
membuat pendengarnya tergerak untuk mengingat Allah dan senantiasa
berbuat kebaikan. Setiap syair yang dinyanyikan hanya akan sampai ke
hati pendengar apabila dinyanyikan dengan hati, maka sudah merupakan
kewajiban bagi seorang munsyid untuk mengaplikasikan nasyid yang
disampaikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan Nasyid

Raihan, salah satu grup nasyid terkenal di Indonesia
Perjalanan kreatif nasyid terus
berlangsung hingga kini. Pada perkembangannya, seni yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan nasyid tersebut, baik warna musik maupun temanya
terus mengalami pergerakan, sesuai dengan situasi dan kondisi zaman yang
juga terus berkembang. Di Indonesia, fenomena perkembangan nasyid mulai
telihat sejak era 1980-an. Bisa dikatakan, gaungnya banyak dibantu oleh
perkembangan nasyid di Negeri Jiran, Malaysia.
Namun bila diamati, tema-tema yang dihadirkan oleh nasyid tanah air lebih beragam.
Hasilnya, nasyid makin mengemuka.
Kelompok baru pengusung nasyid terus bermunculan. Nama-nama grup seperti
Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul Islam, As Syabab, Harmoni Voice, Sam
Abdullah, Bijak, Brothers, dan masih banyak lagi, cukup dikenal di
kalangan penikmat nasyid. Belum lagi grup-grup yang lebih bersifat
lokal, seperti yang hadir di kalangan Remaja Masjid, Rohis sekolah
(SMP/SMU), atau kampus.
Kendati perkembangan nasyid di tanah air
masih terbilang belia, terbukti mampu menunjukkan gairah besar. Boleh
jadi, sambutan antusias tersebut seiring dengan makin meningkatnya
kesadaran sebagian remaja di kalangan sebagian remaja dan pemuda.
Semangat keberislaman di kalangan sebagian remaja dan pemuda. Semangat
keberislaman itulah yang didalam dunia seni antara lain diejawantahkan
ke dalam nasyid, baik itu yang hanya mengapresiasi maupun yang sekaligus
berkreasi.
Seiring dengan perkembangan nasyid,
disamping adanya penggarapan tema yang makin dalam dan luas, balutan
musik yang disajikan pun makin variatif. Jika pada awal perkembangannya
nasyid lebih cenderung pada komposisi sederhana dengan alat-alat perkusi
saja, kini jauh lebih variatif. Jadi, jangan heran jika sekarang ada
nasyid yang berirama pop, rock atau bahkan R&B.
Di Indonesia khususnya, nasyid dapat
disaksikan dalam berbagai style atau gaya penyampaian. Yang sering kita
lihat sekarang yaitu :
1. Nasyid yang dibawakan dengan ACAPELLA
yang berirama pop mengikuti trend musik yang tengah digandrungi.
Pengusung nasyid ini adalah kelompok nasyid : Snada, Gradasi, Mupla,
dll.
2. Nasyid yang dibawakan dengan ACAPELLA
dan musik yang minimalis (musik drum saja) dan berirama mars, dengan
karakter semangat dan menyeru. Pengusungnya : Izzatul Islam, Ruhul
Jadid, Shoutul Harakah
3. Nasyid yang dibawakan dengan perkusi
dan kebanyakan berisi puji pujian. Pembawanya adalah : Snada
(kadang-kadang), Raihan, The Fikr, Qatrunada, dll.
4. Nasyid yang dibawakan dengan alat musik lengkap seperti : Bimbo, Hadad Alwi, Saujana, Missile, Brother, Now See Heart, dll.
Dengan segala perkembangannya, nasyid
telah membawa fenomena yang menarik. Keberadaanya di Malaysia yang telah
sejajar bahkan mengungguli musik pop merupakan sebuah pencapaian yang
sangat bagus, apalagi untuk musik yang membawa spirit khusus seperti
nasyid. Di Indonesia, tampaknya, perkembangan nasyid belum sepesat itu.
Namun, adanya radio yang khusus memutar nasyid, album-album nasyid makin
banyak dipasarkan meski sebagian masih besar indie label, gaung nasyid
yang tak hanya terasa pada bulan Ramadhan, televisi yang tak segan-segan
lagi memutar nasyid, adalah beberapa fakta yang menunjukkan bahwa
nasyid mengalami perkembangan yang cukup positif.
Lantas, bagaimana dengan nasib nasyid
selanjutnya ? Tentunya hal ini sangat bergantung pada kreativitas para
seniman nasyid dan barangkali juga semangat religi dari para penikmat
musik.